21 November 2024

Inflasi Pangan Kabupaten Indragiri Hilir

Inflasi pangan adalah kenaikan harga barang-barang kebutuhan pangan secara umum dan terus-menerus dalam periode waktu tertentu. Inflasi ini terjadi ketika harga bahan makanan seperti beras, sayuran, daging, telur, minyak, dan produk pangan lainnya mengalami kenaikan yang signifikan. Faktor-faktor yang menyebabkan inflasi pangan antara lain:

  1. Gangguan pasokan: Cuaca ekstrem, bencana alam, atau gagal panen dapat menyebabkan penurunan produksi pangan sehingga pasokan menurun, sementara permintaan tetap atau bahkan meningkat.
  2. Kenaikan harga energi: Harga bahan bakar dan energi yang digunakan dalam transportasi dan produksi makanan mempengaruhi biaya distribusi pangan. Jika harga energi naik, harga pangan cenderung ikut naik.
  3. Kebijakan pemerintah: Subsidi, pajak, atau kebijakan impor-ekspor dapat mempengaruhi harga pangan. Misalnya, pembatasan ekspor produk pangan bisa menaikkan harga domestik.
  4. Permintaan yang tinggi: Peningkatan populasi, perubahan pola konsumsi, atau permintaan ekspor yang tinggi bisa membuat harga pangan naik.
  5. Gangguan rantai pasok global: Peristiwa seperti pandemi, perang, atau gangguan perdagangan global dapat mempengaruhi ketersediaan dan harga pangan di pasar internasional dan domestik.

Inflasi pangan berdampak langsung pada masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah, karena sebagian besar pengeluaran mereka dialokasikan untuk kebutuhan pangan. Peningkatan harga pangan juga dapat memicu ketidakstabilan sosial dan ekonomi, serta memperburuk kemiskinan.

Berdasarkan rilis Indeks Harga Konsumen bulan September 2024 oleh BPS Kabupaten Indragiri Hilir, Kelompok makanan dan minuman pada September 2024 Tembilahan mengalami inflasi y-on-y sebesar 2,09 persen atau terjadi kenaikan indeks dari 103,23 pada September 2023 menjadi 105,39 pada September 2024.

Subkelompok yang mengalami inflasi y-on-y tertinggi, yaitu subkelompok rokok dan tembakau sebesar 7,73 persen dan terendah yaitu makanan sebesar 1,19 persen. Kelompok ini pada September 2024 memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y sebesar 0,75 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu: beras sebesar 0,36 persen; sigaret kretek mesin (skm) dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,21 persen; sigaret kretek tangan (skt) sebesar 0,13 persen; daging ayam ras sebesar 0,12 persen; gula pasir sebesar 0,11 persen; kentang sebesar 0,07 persen; bawang merah sebesar 0,06 persen; ikan lele dan ice cream masing-masing sebesar 0,05 persen; tempe dan kangkung masing-masing sebesar 0,04 persen; ketimun, petai, kopi bubuk, dan jagung manis masing-masing sebesar 0,03 persen, serta terong, pepaya, air kemasan, dan buncis masing-masing sebesar 0,02 persen.

Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil/ sumbangan deflasi y-on-y, yaitu: cabai merah sebesar 0,26 persen; ikan sera sebesar 0,17 persen; udang basah sebesar 0,14 persen; telur ayam ras sebesar 0,09 persen; kerang dan tomat masing-masing sebesar 0,07 persen; ikan tongkol sebesar 0,06 persen; ikan senangin sebesar 0,05 persen; ikan kembung sebesar 0,04 persen; jeruk dan pisang masing-masing sebesar 0,03 persen; serta ikan asin teri, cabai merah kering, dan kol putih/kubis sebesar 0,02 persen. Sementara kelompok ini pada September 2024 memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m sebesar 0,23 persen.

Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m, yaitu: ikan serai, daging ayam ras, ikan nila, telur ayam ras, beras, dan minyak goreng masingmasing sebesar 0,04 persen serta pepaya, ikan kembung, dan buncis masing-masing sebesar 0,02 persen. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m, yaitu: cabai merah sebesar 0,31 persen; udang basah sebesar 0,06 persen; jeruk sebesar 0,05 persen; jengkol dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,03 persen; serta kerang dan ikan belanak masing-masing sebesar 0,02 persen.